PENINGKATAN KEMAMPUAN MENILUS PUISI DENGAN METODE KARYA WISATA SISWA KELAS VII-A MTs WAHID HASYIM BALUNG-JEMBER TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Saiful Bahri,S.pd
Abstrak
Menulis puisi adalah kegiatan mewujudkan
ide, pikiran, dan perasaan dalam bahasa singkat, padat, dan multi makna. Penelitian
ini adalah penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah menjelaskan peningkatan proses dan hasil kemampuan
menulis puisi dengan menggunakan metode karya wisata dalam pelajaran Bahasa
Indonesia siswa kelas VII-A MTs Wahid Hasyim Balung-Jember. Berdasarkan analisis
proses dan hasil kemampuan menulis puisi dengan metode karya wisata mengalami
peningkatan.
Kata
kunci: metode karya wisata, menulis
puisi, dan kemampuan menulis.
Abstract
Writing a poem is an activity which shows an idea, thought, and feeling
in the form of simple, tight and meaningful languages. By writing, everybody
could express his idea or thoughts. Therefore, the objective which was achieved
in this study was explain the improvement process and the result of writing
ability of a poem by using study tour method of Indonesian Language subject of
grade VII-A MTs Wahid Hasyim Balung-Jember. Based on
the analysis process and writing ability result by using study tour method, the
students’ ability improved.
Key words:
study tour method, writing a poem, and writing ability
Bahasa
adalah alat komunikasi yang digunakan untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk mengadakan
integrasi dan adaptasi, juga sebagai alat untuk mengadakan kontrol sosial (Keraf
2004:4). Komunikasi yang dimaksud dalam hal ini adalah sesuatu proses penyampaian antara pembicara kepada
orang lain (mitra bicara) dengan menggunakan bahasa lisan atau tulis. Aktivitas menulis merupakan salah satu
keterampilan terakhir dalam hierarki empat keterampilan berbahasa, memang
memiliki tingkat kesulitan tersendiri dibandingkan keterampilan mendengarkan,
berbicara, dan membaca. Begitu pula keterampilan menulis puisi bagi siswa kelas
VII MTs. Sebelum mampu menulis puisi dengan baik, siswa harus memiliki
pengetahuan yang cukup tentang karakteristik karya sastra jenis puisi.
Menyadari dalam permasalahan tersebut, peneliti berusaha melakukan
prapenelitian atau studi pendahuluan di kelas VII-A MTs Wahid Hasyim
Balung-Jember pada 7 Januari 2012. Kegiatan prapenelitian ini sebagai upaya
untuk mengetahui kondisi awal yang dimiliki siswa dalam mengikuti
pembelajaran menulis puisi.
Berdasarkan hasil pembelajaran
timbul permasalahan sebagai berikut: (1) sebanyak 10 siswa menyatakan merasa
kesulitan dalam menulis puisi, (2) pada 6 siswa menyatakan kesulitan dalan
menetukan isi puisi, (3) berdasarkan penilaian, siswa yang masih mengalami
kesulitan untuk menerapkan gaya bahasa dalam menulis puisi, dan (4) puisi yang
ditulis siswa hasilnya masih rendah yakni mencapai nilai rata-rata kelas 64,38. Hasil
tersebut belum memenuhi Standar Kelulusan Minimal (SKM) pembelajaran menulis
puisi di kelas VII-A MTs. Wahis Hasyim Balung-jember yakni sebesar 75. Siswa
yang mampu mencapai SKM masih sebanyak 6 siswa (30%)
Berdasarkan latar belakang masalah yang disebutkan di
atas, maka peneliti melakukan penelitian yang berupa PTK (Penelitian Tindakan
Kelas) dengan judul Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Metode Karya
Wisata Siswa Kelas VII-A MTs Abdul Wahid Hasyim Balung-Jember Tahun Pelajaran
2011-2012. Temuan metode ini, agar permasalahan dalam pembelajaran menulis
puisi akan memberikan manfaat yang besar bagi guru dan siswa.
Sesuai dengan
permasalahan yang telah dipaparkan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) untuk
menjelaskan peningkatan proses kemampuan menulis puisi dengan menggunakan
metode karya wisata dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa
kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung, (2) untuk
menjelaskan peningkatan hasil kemampuan menulis puisi dengan menggunakan metode
karya wisata siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim kecamatan Balung
kabupaten Jember.
Salah satu cara yang digunakan
untuk memudahkan siswa dalam menulis puisi adalah menggunakan metode
pembelajaran yang dapat menarik minat, memperbaiki proses, dan hasil belajar.
Metode yang digunakan di sini adalah
metode karya wisata. Karya wisata,
menurut Djamarah dan Zain (2002:105)
yaitu cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat
atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu
seperti meninjau pabrik, tempat wisata, toko serba ada, dan sebagainya. Sedangkan
menurut Wijaya dan Rusyan (1991: 76) merupakan pesiar atau ekskursi oleh para
siswa untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu dan merupakan bagian
integral dari kurikulum sekolah.
Menulis puisi adalah kegiatan
mewujudkan ide, pikiran, dan perasaan dalam bahasa yang singkat, padat, dan
multi makna. Keterampilan berbahasa yang harus
dikuasai siswa ada empat, yaitu mendengar, membaca, berbicara, dan menulis. Dengan
menulis seseorang dapat mengekspresikan ide-ide atau gagasannya melalui bahasa
tulis. Roekhan (1991:32) mengatakan bahwa kreativitas dan
kemampuan menulis seperti tanaman. Dengan air dan pupuk yang sedikit ia pun akan tetap akan tumbuh,
walaupun tidak sempurna. Jika pupuk dan air diberikan secara memadahi ia pun
akan tumbuh dengan sempurna. Guru perlu membangkitkannya dengan sedikit
kreativitas dari guru agar kemampuan siswa dapat berkembang, khususnya dalam
menulis puisi meskipun tidak maksimal.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk menjelaskan peningkatan proses kemampuan
menulis puisi dengan menggunakan metode karya wisata dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung, (2) untuk menjelaskan peningkatan hasil kemampuan
menulis puisi dengan menggunakan metode karya wisata siswa
kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim kecamatan Balung kabupaten Jember.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dan jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas
(PTK). Arikunto, dkk (2008:3) mengartikan bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Pengertian
penelitian kualitatif juga disampaikan oleh Moleong (2004:6) yaitu penelitian
yang bertujuan untuk memahami gejala-gejala tentang apa yang sebenarnya dilami
oleh subjek penelitian. Misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll,
secara menyeluruh dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
ilmiah.
Kehadiran dan peran peneliti di
lapangan adalah guru Bahasa Indonesia di MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember, tetapi bukan guru pengampu mata pelajaran
Bahasa Indonesia di kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung. Lokasi Penelitian
yakni di kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim, Jl. Puger No. 20 Balung-Jember, dan dijadikan subjek penelitian, karena penerapan
pembelajaran menulis puisi di sekolah ini masih menunjukkan hasil yang rendah
dan perlu ditingkatkan. Sedangkan subjek penelitian ini adalah siswa yang
tengah beraktivitas menulis puisi yang dilaksanakan di MTs. Wahid Hasyim Jl. Puger No. 20 Balung Jember, khususnya
siswa kelas VII-A MTs Wahid Hasyim. Berdasarkan hasil studi wawancara dengan
guru bahasa Indonesia bahwa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim tingkat menulis
kreatif pada menulis puisi masih sangat rendah. Guru tersebut mengatakan bahwa
siswa merasakan kesulitan dalam menulis kreatif sehingga siswa kurang responsif
terhadap pembelajaran bahasa Indonesia dengan materi pembelajaran menulis
puisi. Oleh karena itu, siswa kelas VII-A MTs Wahid Hasyim perlu adanya
bimbingan menulis puisi terutama dalam pengamatan objek, pemilihan kata (diksi),
majas, penggunaan rima, dan kesesuaian tema dalam puisi.
Data adalah hasil pencatatan
peneliti, baik berupa fakta maupun angka (Arikunto, 2006:118). Berdasarkan
pengertian di atas, data penelitian ini berupa tindakan pembelajaran, baik
berupa data proses dan hasil. Data dalam penelitian tindakan ini adalah data
proses dan data hasil tindakan pembelajaran. Data proses berupa data verbal dan
tingkah laku subjek yang diteliti yang bersumber dari kegiatan belajar mengajar
menulis puisi dengan menggunakan metode karya wisata. Data hasil berupa data
tertulis (karya siswa) yang bersumber dari hasil menulis puisi dengan metode
karya wisata. Data hasil berupa tulisan puisi siswa yang diperoleh dari
penugasan, sedangkan data proses diperoleh dari lembar observasi berupa catatan
lapangan, angket, dan wawancara. Teknik analisis data dalam penelitian ini
dilakukan dengan menelaah semua data yang diperoleh, baik berupa data hasil dan
data proses.
PAPARAN DATA PROSES DAN HASIL
TINDAKAN
Sebelum melaksanakan tindakan,
peneliti melaksanakan kegiatan observasi dan studi pendahuluan. Observasi
bertujuan guna mengetahui kondisi awal dalam kegiatan pembelajaran menulis
puisi. Pada saat melaksanakan observasi, peneliti melakukan wawancara dengan
beberapa siswa dan kepada guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VII-A MTs.
Wahid Hasyim Balung-Jember. Kegiatan studi pendahuluan dilakukan untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam menulis puisi. Kegiatan studi pendahuluan ini
meminta kepada siswa untuk menulis puisi tentang keindahan alam.
Pada studi pendahuluan, kegiatan
yang dilakukan oleh peneliti yakni dapat mengetahui kemampuan menulis puisi siswa kelas VII-A
MTs. Wahid Hasyim Balung dalam pembelajaran menulis kratif puisi. Kegiatan
studi pendahuluan dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 14 Januari 2012, pada
kegiatan tersebut ditemukan dari 20 siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim
Balung-Jember, 14 siswa yang tergolong dalam kelompok rendah dan 6 siswa yang
tergolong dalam kelompok tinggi, karena kelompok rendah memiliki rentangan
nilai >75. Kreteria ini berdasarkan Standar Kelulusan Minimal kelas
VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung yakni 75.
Berdasarkan penilaian hasil
menulis puisi siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember di atas dapat
diketahui bahwa siswa yang mencapai ketuntasan belajar sejumlah 6 siswa (30%),
sedangkan 14 siswa (70%) lainnya masih belum mencapai Standar Kelulusan Minimal
yakni 75. Kemudian, 14 siswa yang masih belum mencapai SKM ini diberi tindakan
yang berupa menulis puisi dengan metode karya wisata agar kemampuan menulis puisi dapat meningkat.
Siklus I dilakukan setelah
kegiatan studi pendahuluan dianalisis dan direfleksi. Kegiatan siklus I ini
bertujuan untuk meningkatkan menulis puisi dengan metode karya wisata siswa
kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung. Adapun tujuan dalam pembelajaran menulis
puisi dengan metode karya wisata adalah (1) siswa dapat mengamati objek wisata,
(2) siswa dapat menemukan ide/gagasan berdasarkan struktur fisik dan struktur
batin puisi, (3) siswa dapat menulis puisi tentang keindahan alam, dan (4) siswa
dapat menyunting dan merevisi hasil puisi menjadi puisi yang baik dengan
memerhatikan struktur fisik dan struktur batin puisi. Sedangakan penilaian yang
digunakan pada peningkatan proses kemampuan menulis puisi keindahan alam adalah
sebagai berikut: (1) keaktifan siswa dalam bertanya, (2) keaktifan siswa dalam
menjawab pertanyaan, (3) keseriusan siswa dalam mengikuti pelajaran, (4)
partisipasi siswa dalam kegiatan menulis puisi, dan (5) perilaku siswa di dalam
dan di luar kelas.
Penilaian kegiatan peningkatan
proses kemampuan menulis puisi siklus I ini diketahui bahwa sebagian kecil yang
memiliki nilai sangat baik (20%). Pada penilaian sangat baik ini siswa selalu
aktif bertanya dan menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh guru. Siswa
serius dan berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran menulis puisi, dan
berprilaku baik di dalam maupun di luar kelas. Urutan kedua, siswa yang
memiliki nilai baik (15%). Pada penilaian baik ini, siswa bertanya dan menjawab
semua pertanyaan yang di diberikan oleh guru. Siswa serius selalu
berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran menulis puisi, dan berprilaku baik
di dalam kelas. Selanjutnya, siswa yang memiliki nilai cukup (20%). Pada
penilaian ini, siswa cukup aktif dalam bertanya dan jarang sekali menjawab
pertanyaan yang di berikan oleh guru. Siswa ini kurang serius, siswa tersebut
cukup berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, dan perilaku siswa ini cukup
baik. Sedangkan, siswa yang memiliki nilai kurang (45%). Pada penilaian ini,
siswa tidak aktif dalam bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
guru. Siswa kurang seirus dalam pembelajaran, dan berprilaku cukup baik di
dalam kelas.
Peningkatan hasil kemampuan menulis
puisi dengan metode karya wisata meliputi hasil peningkatan pada
tahap menentukan pengamatan objek, menulis imajinasi berbentuk
butir-butir, dan menentukan judul. Aspek penulisan siswa pada
menulis puisi mencakup
pengamatan objek, diksi, citraan,
rima, majas, dan kesesuian tema dengan isi.
Berdasarkan analisis hasil
menulis puisi siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember pada kegiatan
studi pendahuluan dan siklus I, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis puisi
pada siklus I mengalami peningkatan. Pada kegiatan studi pendahuluan, siswa
yang belum mencapai SKM >75 dari kompetensi menulis puisi sebanyak 14 siswa
(70%), jumlah siswa yang mencapai SKM <75 sebanyak 6 siswa (30%), dan
nilai keseluruhan masih belum mencapai SKM yakni nilai rata-rata kelas 64,38.
Sedangkan pada siklus I bahwa siswa yang mencapai SKM > 75 berjumlah 7 siswa
(35%), jumlah siswa yang mencapai skor < 75 sebanyak 13 siswa (65%),
dan nilai keseluruhan masih belum mencapai SKM yakni nilai rata-rata kelas
68,09. Oleh sebab itu, siswa diberi tindakan dengan menulis puisi menggunakan
metode karya wisata. Pada dasarnya metode tersebut berhasil meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis puisi. Dengan demikian, metode karya wisata
berhasil mengurangi jumlah siswa yang masuk dalam kategori kurang atau di bawah SKM yakni menjadi 13 siswa.
Siklus II dilaksanakan setelah
kegiatan siklus I dianalisis dan direfleksi. Siklus II bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa dengan metode karya wisata dan
memperbaiki hasil tindakan pada siklus I. Pelaksanaan tindakan siklus II
dilakukan dalam pada hari Sabtu tanggal 03 Maret 2012 yang dilaksanakan di
Taman Wisata Botani Sukorambi Jember.
Penilaian kegiatan peningkatan
proses kemampuan menulis puisi siklus II ini diketahui bahwa sebagian besar
yang memiliki nilai sangat baik (70%). Pada penilaian sangat baik ini siswa
selalu aktif bertanya dan menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Siswa serius dan berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran menulis puisi, dan
berprilaku baik di dalam maupun di luar kelas. Urutan kedua, siswa yang
memiliki nilai baik (15%). Pada penilaian baik ini, siswa bertanya dan menjawab
semua pertanyaan yang di diberikan oleh guru. Siswa serius selalu
berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran menulis puisi, dan berprilaku baik
di dalam kelas. Selanjutnya, siswa yang memiliki nilai cukup (15%). Pada
penilaian ini, siswa cukup aktif dalam bertanya dan jarang sekali menjawab
pertanyaan yang di berikan oleh guru. Siswa ini kurang serius, siswa tersebut
cukup berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, dan perilaku siswa ini cukup
baik. Sedangkan, siswa yang memiliki nilai kurang (0%).
Berdasarkan analisis hasil
menulis puisi siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember pada siklus I
dan siklus II, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis puisi ini mengalami
peningkatan. Pada tindakan siklus I, siswa yang belum mencapai SKM pada
kompetensi menulis puisi adalah 13 siswa. Oleh sebab itu, siswa kembali diberi
tindakan dengan menulis puisi dengan metode karya wisata yang dilaksanakan di
Taman Wisata Botani Sukorambi Jember pada tindakan siklus II, pada akhirnya
terbukti berhasil meningkatkan kemampuan pada seluruh siswa kelas VII-A MTs.
Wahid Hasyim Balung Jember dalam menulis puisi.
PEMBAHASAN
Peningkatan Proses Kemampuan Menulis
Puisi pada Siklus I
Peningkatan Proses kemampuan
menulis puisi dengan metode karya wisata
dilakukan melalui penilaian proses pembelajaran dari aspek kognitif,
psikomotor, dan afektif. Hal ini sesuai
dengan pendapat Mulyasa (2005:75) bahwa penilaian proses bertujuan untuk
mengetahui aktivitas dan partisipasi siswa. Alasan yang mendukung penilaian ini
menurut Sudjana (2005:3) penilaian proses pembelajaran adalah upaya memberi
nilai terhadapkegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru
dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran, sedangkan penilaian hasil belajar pada
hakikatnya merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang
telah terjadi.
Penilaian proses pada tahap
pratulis dan tahap menulis dalam siklus I ini diketahui bahwa sebagian kecil
yang memiliki nilai sangat baik (20%). Pada penilaian sangat baik ini siswa
selalu aktif bertanya dan menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Siswa serius, selalu berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran menulis puisi,
dan berprilaku baik di dalam kelas. Urutan kedua, siswa yang memiliki nilai
baik (15%). Pada penilaian baik ini, siswa bertanya dan menjawab semua
pertanyaan yang di diberikan oleh guru. Siswa serius selalu berpartisipasi
dalam kegiatan pembelajaran menulis puisi, dan berprilaku baik di dalam kelas.
Selanjutnya, siswa yang memiliki nilai cukup (20%). Pada penilaian ini, siswa
cukup aktif dalam bertanya dan jarang sekali menjawab pertanyaan yang di
berikan oleh guru. Siswa ini kurang serius, siswa tersebut cukup berpartisipasi
dalam kegiatan pembelajaran, dan perilaku siswa ini cukup baik. Sedangkan,
siswa yang memiliki nilai kurang (45%). Pada penilaian ini, siswa tidak aktif
dalam bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Siswa kurang
seirus dalam pembelajaran, dan berprilaku cukup baik di dalam kelas.
Dengan demikian penilaian pada tahap proses
menulis puisi pada siklus I, sebagian besar
siswa yang mencapai nilai >75 berjumlah 13 siswa (65%), sedangkan jumlah
siswa yang mencapai <75 sebanyak 7 siswa (35%). Penilaian ini sesuai
dengan standar kelulusan maksimal (SKM). Dapat
disimpulkan bahwa proses pembelajaran siklus I pada tahap menulis
puisi keindahan alam telah berhasil. Namun, masih tetap dilakukan pada siklus II.
Peningkatan
Proses Kemampuan Menulis Puisi pada Siklus II
Agar siswa dapat menciptakan karya sastra dengan baik,
dalam hal ini penciptaan puisi, perlu suasana dan lingkungan yang mendukung
serta dapat memberi inspirasi kepada mereka. Untuk keperluan tersebut, guru
memodifikasi lingkungan belajar dengan cara mengajak siswa belajar di luar
kelas atau berkaryawisata ke suatu tempat yang ada di lingkungan sekolah yang
memungkinkan siswa terinspirasi untuk menulis kreatif puisi. Menurut Howard
dan Weinbrenner mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran, guru bisa melakukan
modifikasi terhadap lima unsur kegiatan mengajar, yaitu materi pelajaran,
proses, produk, lingkungan, dan evaluasi (dalam Sayuti, 1985: 37). Sementara itu, Sudjana
(2005: 87) menyatakan bahwa karyawisata dalam arti metode mengajar mempunyai
arti tersendiri yang berbeda dengan karyawisata dalam arti umum. Karyawisata di
sini berarti kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar.
Penilaian
proses pada tahap menulis puisi keindahan alam dalam siklus II
ini dilakukan di sebuah tempat wisata yakni Taman Wisata Botani, diketahui
bahwa sebagian besar yang memiliki nilai sangat baik (70%). Pada penilaian
sangat baik ini siswa selalu aktif bertanya dan menjawab semua pertanyaan yang
diberikan oleh guru. Siswa serius, selalu berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajaran menulis puisi, dan berprilaku baik di tempat Wisata Taman Botani.
Urutan kedua, siswa yang memiliki nilai baik (15%). Pada penilaian baik ini,
siswa bertanya dan menjawab semua pertanyaan yang di diberikan oleh guru. Siswa
serius selalu berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran menulis puisi, dan
berprilaku baik di tempat Wisata Taman Botani. Selanjutnya, siswa yang memiliki
nilai cukup (15%). Pada penilaian ini, siswa cukup aktif dalam bertanya dan
jarang sekali menjawab pertanyaan yang di berikan oleh guru. Siswa ini kurang
serius, siswa tersebut cukup berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, dan
perilaku siswa ini cukup baik selama di tempat Wisata Taman Botani.
Berdasarkan
hasil kuantitatif dan kualitatif atas
proses kemampuan menulis puisi pada siklus II sudah beberapa siswa yang mencapai nilai >75
berjumlah 20 siswa (100%), dan tidak ada siswa yang mendapatkan skor <
75. Pada tahap pratulis dan menulis ini telah mengalami kenaikan
sebanyak 45% dari siklus I. Sesuai dengan standar kelulusan maksimal (SKM).
Berdasarkan
perbandingan antara sikulus I dan siklus II bahwa diketahui menggunakan metode
karya wisata terjadi peningkatan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VII-A
MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember. Dengan demikian proses kemampuan menulis puisi pada tindakan siklus II lebih baik dari pada proses
kemampuan menulis puisi pada tindakan siklus I.
Peningkatan
Hasil Kemampuan Menulis Puisi dengan Metode Karya
Wisata pada Siklus I dan Siklus II.
Menurut Mulyasa (2005:176) Penilaian hasil bertujuan
untuk mengetahui hasil belajar atau pembentukan peserta didik . Penilaian hasil
menulis puisi keindahan alam dengan metode karya wisata ini secara keseluruhan
diperoleh dari kegiatan analisis aspek pengetahuan.
Pembahasan peningkatan hasil kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VII-A MTs
Wahid Hasyim Balung-Jember dengan metode karya wisata meliputi : (1) pengamatan
objek, (2) diksi (kata konkret dan kata khusus
mengenai keindahan alam), (3) gaya bahasa/majas, (4) citraan/pengimajian, (5) rima, dan (6) tema.
Peningkatan Hasil Kemampuan Pengamatan Objek
Objek yang terdapat dalam puisi karya siswa pada siklus I dan siklus II sudah
sesuai dengan temanya yakni keindahan alam. Tema adalah dasar dalam menciptakan sebuah karya sastra. Berawal dari sebuah ide dasar itulah
seorang pengarang dapat mengembangkan masalahnya. Waluyo (1995:87) menjelaskan bahwa tema adalah gagasan pokok yang ingin disampaikan
oleh pengarang atau yang terdapat dalam puisi.
Pada tindakan
siklus I, topik puisi siswa bervareasi ada yang menggambarkan keindahan Sawah, Taman dll, yang dilakukan
dengan media alam sekitar sekolah, sedangkan pada siklus II topik yang ditulis
oleh siswa juga bervareasi yang sesuai dengan media yang digunakan yakni Taman
Wisata Botani Sukorambi Jember.
Berdasarkan
hasil kuantitatif dan kualitatif atas pengamatan objek
pada puisi siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember pada siklus I
diketahui bahwa rata-rata kemampuan menulis puisi dengan metode karya wisata
masih berada pada rentangan nilai 25,5 (baik). Untuk
skor maksimal pada aspek menentukan
topik adalah 4 dan skor minimal 2. Adapun kemampuan siswa tersebut terbagi atas
4 siswa (20%) masuk dalam kategori baik, 4 siswa (20%) masuk dalam kategori
cukup, dan 12 siswa (60%) masuk dalam
kategori kurang.
Berdasarkan
hasil kuantitatif dan kualitatif atas pengamatan
objek
pada puisi siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember pada siklus II
diketahui bahwa rata-rata kemampuan menulis puisi dengan metode karya wisata
masih berada pada rentangan nilai 30,0 (sangat baik).
Untuk skor maksimal pada aspek
menentukan topik adalah 4 dan skor minimal 3.
Adapun kemampuan siswa tersebut terbagi atas 8 siswa (40%) masuk dalam kategori
sangat baik, 6 siswa (30%) masuk dalam kategori baik, dan 6 siswa (30%) masuk dalam kategori cukup.
Peningkatan Hasil Kemampuan Penggunaan
Diksi
Dalam penilaian
hasil analisis data pada hasil penelitian,
dapat diketahui bahwa diksi atau
pilihan kata dalam puisi karya siswa memiliki nilai tinggi dan nilai sedang
adalah diksi yang bermakna konotasi (memberikan sugesti pada pembaca) dan
diksi yang bermakna denotasi (bahasa
setiap hari). Pada dasarnya, diksi atau pilihan kata mempunyai peranan penting
dan utama untuk mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya sastra (Jabrohim,
2001:35). Pendapat tersebut telah didukung oleh Sayuti (1985:143)
yang mengatakan bahwa peranan diksi dalam puisi sangat penting karena kata-kata
adalah segala-galannya dalam puisi.
Berdasarkan
hasil kualitatif dan kuantitaif pada kemampuan penggunakan diksi pada puisi
siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember pada siklus I diketahui bahwa
rata-rata kemampuan menulis puisi dengan metode karya wisata masih berada pada
rentangan nilai 26,5 (baik). Untuk skor maksimal pada aspek penggunaan
diksi
adalah 4 dan skor minimal 2. Adapun kemampuan siswa tersebut terbagi
atas 3
siswa (15%)
masuk dalam kategori baik, 4 siswa (20%) masuk dalam
kategori cukup, dan 13 siswa (65%) masuk dalam
kategori kurang.
Berdasarkan
hasil kuantitatif dan kualitatif atas pengembangan topik pada puisi siswa kelas
VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember pada siklus II diketahui bahwa rata-rata
kemampuan menulis puisi dengan metode karya wisata masih berada pada rentangan
nilai 29,0 (sangat baik). Untuk skor maksimal pada aspek penggunaan
diksi
adalah 4 dan skor minimal 3. Adapun
kemampuan siswa tersebut terbagi atas 8 siswa (40%) masuk dalam kategori sangat
baik, 6 siswa (30%) masuk dalam kategori baik, dan 6 siswa (30%) masuk dalam kategori cukup.
Peningkatan Hasil Kemampuan Penggunaan Citraan
Adapun hubungan antara diksi dan citraan sangat erat.
Karena diksi yang dipilih harus menghasilkan citraan, maka dalam puisi
kata-kata akan menjadi konkret seperti dihayati melalui penglihatan, peraba,
pendengaran, dan perasa. Citraan/pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata
yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran
dan perasaan (Waluyo, 1995:78). Dari pendapat tersebut, maka diksi dan
citraan/pengimajian secara kesinambungan
mempunyai peran yang sangat penting dalam puisi. Dari hasil puisi siswa yang
telah dianalisis dapat diketahui bahwa siswa lebih banyak menggunakan citraan
pengelihatan dan citraan pendengaran dari pada citraan perasa.
Berdasarkan
hasil kualitatif dan kuantitaif pada kemampuan penggunaan citraan
pada puisi siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember pada siklus I
diketahui bahwa rata-rata kemampuan menulis puisi dengan metode karya wisata
masih berada pada rentangan nilai 26,5 (cukup). Untuk skor maksimal pada aspek penggunaan
citraan
adalah 4 dan skor minimal 2. Adapun kemampuan siswa tersebut terbagi
atas 1
siswa (5%)
masuk dalam kategori baik, 8 siswa (40%)
masuk dalam kategori cukup, dan 11 siswa (55%) masuk dalam
kategori kurang.
Berdasarkan
hasil kuantitatif dan kualitatif atas penggunaan
citraan pada puisi siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim
Balung-Jember pada siklus II diketahui bahwa rata-rata kemampuan menulis puisi
dengan metode karya wisata sudah berada pada
rentangan nilai 38,0 (sangat baik). Untuk skor maksimal pada aspek penggunaan
citraan
adalah 4 dan skor minimal 3. Adapun
kemampuan siswa tersebut terbagi atas 10 siswa (50%)
masuk dalam kategori sangat baik, 4 siswa (20%)
masuk dalam kategori baik, dan 6 siswa (30%)
masuk dalam kategori cukup.
Peningkatan Hasil Kemampuan Penggunaan Majas
Menurut Waluyo (1995:83) bahasa figuratif atau majas
adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara tidak
biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Majas yang terdapat
dalam puisi siswa
kelas VII-A MTs Wahid Hasyim Balung Jember pada tindakan siklus I lebih didominasi oleh majas perbandingan.
Berdasarkan
hasil kualitatif dan kuantitaif pada kemampuan penggunaan majas
pada puisi siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember pada siklus I
diketahui bahwa rata-rata kemampuan menulis puisi dengan metode karya wisata
masih berada pada rentangan nilai 28,0 (cukup). Untuk skor
maksimal pada aspek penggunaan citraan adalah 4 dan skor minimal 2. Adapun kemampuan siswa tersebut terbagi
atas 1
siswa (5%)
masuk dalam kategori baik, 8 siswa (40%)
masuk dalam kategori cukup, dan 11 siswa (55%) masuk dalam
kategori kurang.
Berdasarkan
hasil kuantitatif dan kualitatif atas penggunaan
majas pada puisi siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim
Balung-Jember pada siklus II diketahui bahwa rata-rata kemampuan menulis puisi
dengan metode karya wisata sudah berada pada
rentangan nilai 32,5 (baik). Untuk skor maksimal pada aspek penggunaan
diksi
adalah 4 dan skor minimal 3. Adapun
kemampuan siswa tersebut terbagi atas 5 siswa (25%)
masuk dalam kategori sangat baik, 9 siswa (45%)
masuk dalam kategori baik, dan 6 siswa (30%)
masuk dalam kategori cukup.
Peningkatan Hasil Kemampuan Penggunaan Rima
Penggunaan rima dalam puisi siswa lebih sering
menggunakan pada bentuk intern pola bunyi. Menurut Boulton (dalam Waluyo, 1995:92)
yang dimaksud dengan bentuk intren pola bunyi adalah pengulangan bunyi konsonan
(aliterasi), pengulangan bunyi vokal (asonansi), persamaan akhir, dan repetisi
bunyi (kata).
Berdasarkan
hasil kualitatif dan kuantitaif pada kemampuan penggunaan rima
pada puisi siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember pada siklus I
diketahui bahwa rata-rata kemampuan menulis puisi dengan metode karya wisata
masih berada pada rentangan nilai 27,0 (cukup). Untuk skor
maksimal pada aspek penggunaan rima adalah 4 dan skor minimal 2. Adapun kemampuan siswa tersebut terbagi
atas 12
siswa (60%)
masuk dalam kategori cukup, dan 8 siswa (40%) masuk dalam
kategori kurang.
Berdasarkan
hasil kuantitatif dan kualitatif atas penggunaan rima
pada puisi siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember pada siklus II
diketahui bahwa rata-rata kemampuan menulis puisi dengan metode karya wisata sudah berada pada rentangan nilai 31,0
(baik). Untuk skor maksimal pada aspek
penggunaan rima adalah 4 dan skor minimal 3.
Adapun kemampuan siswa tersebut terbagi atas 5
siswa (25%)
masuk dalam kategori sangat baik, 9 siswa (45%)
masuk dalam kategori baik, dan 6 siswa (30%)
masuk dalam kategori cukup.
Peningkatan Hasil Kemampuan Mengembangkan Tema
Tema yang terdapat dalam puisi
karya siswa pada siklus I maupun siklus II cenderung mengikuti perintah dari
guru. Pada tindakan siklus I dan siklus II tema yang digunakan sama-sama
keindahan alam. Tema adalah ide dasar dalam menciptakan karya sastra. Berawal
dari ide dasar itulah seorang dapat mengembangkan masalahnya. Pradopo (2001:124)
menjelaskan bahwa tema adalah gagasan pokok yang ingin disampaikan oleh
pengarang atau yang terdapat dalam puisi. Pernyataan tersebut juga didukung
oleh Waluyo (1995: 106-107) menjelaskan bahwa tema merupakan gagasan pokok atau
subject matter yang di kemukakan oleh
penyair.
Berdasarkan hasil analisis
kuantitatif dan kualitatif atas kemampuan mengembangkan tema puisi siswa kelas
VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember pada siklus II diketahui bahwa rata-rata
kemampuan menulis puisi dengan metode karya wisata berada dalam kategori baik.
Berdasarkan perbandingan antara
hasil siklus I dan siklus II diketahui, bahwa dengan metode karya wisata pada
tindakan siklus II mengalami peningkatan dalam menulis puisi dengan metode
karya wisata siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember pada aspek tema.
Dengan demikian, hasil kemampuan mengamati objek, pemilihan kata (diksi),
penggunaan citraan, penggunaan majas, penggunaan rima, dan kesesuaian tema pada
tindakan siklus II lebih baik daripada hasil kemampuan tindakan siklus I.
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah dilaksanakannya
pembelajaran menulis puisi dengan metode karya wisata pada siswa kelas VII-A
MTs Wahid Hasyim Balung-Jember, peneliti dapat menyimpulkan bahwa metode karya
wisata dapat meningkatkan kemampuan menulis kreatif puisi.
Berdasarkan analisis hasil kegiatan studi pendahuluan, siswa yang belum
mencapai SKM dari kompetensi menulis puisi sebanyak 14 siswa, jumlah siswa yang
mencapai SKM sebanyak 6 siswa, dan nilai keseluruhan masih belum mencapai SKM
yakni nilai rata-rata kelas 64,38, sedangkan pada siklus I bahwa siswa yang
mencapai SKM berjumlah siswa , jumlah
siswa yang mencapai skor sebanyak 13
siswa , dan nilai keseluruhan masih belum mencapai SKM yakni nilai rata-rata
kelas 68,09. Oleh sebab itu, siswa diberi tindakan dengan menulis puisi
menggunakan metode karya wisata. Pada dasarnya metode tersebut berhasil
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi. Dengan demikian, metode karya
wisata berhasil mengurangi jumlah siswa yang masuk dalam kategori kurang atau di bawah SKM yakni menjadi
13 siswa.
Berdasarkan analisis evaluasi
hasil dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan menulis puisi siswa dan
untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Evaluasi hasil dapat dilihat dari hasil perbandingan nilai ketercapaian siswa
dalam menulis puisi antara tindakan siklus I dan tindakan siklus II. Dalam
kegiatan siklus I, terdapat 13 siswa yang belum mencapai SKM. Oleh karena itu,
tindakan perbaikan pada siklus II perlu dilakukan dan tindakan siklus II
berhasil meningkatkan kemampuan menulis puisi dengan metode karya wisata pada
seluruh siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung Jember.
Saran
Berdasarkan
simpulan yang telah dipaparkan diatas, dapat dikemukakan beberapa saran yang
ditujukan kepada guru bahasa Indonesia, kepala sekolah dan peneliti lanjut,
uraiannya sebagai berikut: (1) guru
Bahasa Indonesia disarankan untuk (a) dapat memanfaatkan hasil penelitian ini
sebagai alternatif dalam pembelajaran menulus kreatif sastra yang lain. Seperti puisi
lama, puisi baru, dan prosa fiksi, (b) dapat memanfaatkan alam sebagai cara
dalam menulis kreatif pada siswa, dan (c) dapat memanfaatkan Lembar Kerja Siswa
yang memuat langkah-langkah metode karya wisata, (2) kepala sekolah hendaknya dapat menyosialisasikan hasil penelitian ini
kepada guru, terutama pada guru bahasa Indonesia agar senantiasa menggunakan
metode pembelajaran dalam mengelola pembelajaran di sekolah. Hal ini dimaksud
sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil kegiatan yang
dilaksanakan di dalam kelas, dan (3) pada
peneliti berikutnya yang melakukan penelitian sejenis dengan PTK ini,
diharapkan dapat menggunakan dan mengembangkan model
(ahli) sebagai dasar dalam melakukan penelitian lain dengan cara yang lebih
kreatif atau dapat mengembangkan keterampilan berbahasa yang lainnya.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto,
Suharsimi. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Arikunto,
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian:
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto,
Suhardjono, dan Supardi. 2008. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Djamarah,
Syaiful Bahri, dan Zain, Anwar. 2002. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Jabrohim,
Chairul A. & Suminti A. Sayuti. 2001. Cara
Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Keraf,
Gorys. 2004. Komposisi. Edisi Revisi Jakarta: PT Gramedia.
Mulyasa,
E. 2005. Implementasi Kurikulum 2004:
Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nursisto,
1999. Kiat Menggali Kreatifitas. Jakarta:
Mitra Guna Widya
Pradopo,
Rachmat Djoko. 2001. Pengkajian puisi (cetakan
kedelapan), Yogyakarta: gadjah Mada University Press.
Sayuti,
Suminto A. 1985. Puisi dan Pengajarannya.
Semarang. IKIP Semarang Press.
Sudjana,
Nana. 2005. Penelitian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Universitas
Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan Penelitian. Edisi
kelima. Malang: Biro Administrasi Akademik Perencanaan dan Sistem Informasi
bekerjasama dengan Penerbit Universitas Negeri Malang.
Roekhan.
1991. Menulis Kreatif: Dasar-dasar dan
Petunjun Penerapannya. Malang Y A 3.
Waluyo.
Herman J. 1995. Teori dan Apresiasi
PUISI. Jakarta: Erlangga.
Wijaya,
C & Rusyan, A.T. 1991. Kemampuan
Dasar dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar