Kamis, 27 Desember 2012

artikel


PENINGKATAN KEMAMPUAN MENILUS PUISI DENGAN METODE KARYA WISATA SISWA KELAS VII-A MTs WAHID HASYIM BALUNG-JEMBER TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Saiful Bahri,S.pd
Abstrak
Menulis puisi adalah kegiatan mewujudkan ide, pikiran, dan perasaan dalam bahasa singkat, padat, dan multi makna. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menjelaskan peningkatan proses dan hasil kemampuan menulis puisi dengan menggunakan metode karya wisata dalam pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VII-A MTs Wahid Hasyim Balung-Jember. Berdasarkan analisis proses dan hasil kemampuan menulis puisi dengan metode karya wisata mengalami peningkatan.
Kata kunci: metode karya wisata, menulis puisi, dan kemampuan menulis.

Abstract
Writing a poem is an activity which shows an idea, thought, and feeling in the form of simple, tight and meaningful languages. By writing, everybody could express his idea or thoughts. Therefore, the objective which was achieved in this study was explain the improvement process and the result of writing ability of a poem by using study tour method of Indonesian Language subject of grade VII-A  MTs Wahid Hasyim Balung-Jember. Based on the analysis process and writing ability result by using study tour method, the students’ ability improved.
Key words: study tour method, writing a poem, and writing ability


Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan untuk mengekspresikan  diri, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi, juga sebagai alat untuk mengadakan kontrol sosial (Keraf 2004:4). Komunikasi yang dimaksud dalam hal ini adalah sesuatu  proses penyampaian antara pembicara kepada orang lain (mitra bicara) dengan menggunakan bahasa lisan atau tulis.  Aktivitas menulis merupakan salah satu keterampilan terakhir dalam hierarki empat keterampilan berbahasa, memang memiliki tingkat kesulitan tersendiri dibandingkan keterampilan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Begitu pula keterampilan menulis puisi bagi siswa kelas VII MTs. Sebelum mampu menulis puisi dengan baik, siswa harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang karakteristik karya sastra jenis puisi. Menyadari dalam permasalahan tersebut, peneliti berusaha melakukan prapenelitian atau studi pendahuluan di kelas VII-A MTs Wahid Hasyim Balung-Jember pada 7 Januari 2012. Kegiatan prapenelitian ini sebagai upaya untuk mengetahui kondisi awal yang dimiliki siswa dalam mengikuti pembelajaran  menulis puisi.
Berdasarkan hasil pembelajaran timbul permasalahan sebagai berikut: (1) sebanyak 10 siswa menyatakan merasa kesulitan dalam menulis puisi, (2) pada 6 siswa menyatakan kesulitan dalan menetukan isi puisi, (3) berdasarkan penilaian, siswa yang masih mengalami kesulitan untuk menerapkan gaya bahasa dalam menulis puisi, dan (4) puisi yang ditulis siswa hasilnya masih rendah yakni mencapai nilai rata-rata kelas 64,38. Hasil tersebut belum memenuhi Standar Kelulusan Minimal (SKM) pembelajaran menulis puisi di kelas VII-A MTs. Wahis Hasyim Balung-jember yakni sebesar 75. Siswa yang mampu mencapai SKM masih sebanyak 6 siswa (30%)
Berdasarkan  latar belakang masalah yang disebutkan di atas, maka peneliti melakukan penelitian yang berupa PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dengan judul Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Metode Karya Wisata Siswa Kelas VII-A MTs Abdul Wahid Hasyim Balung-Jember Tahun Pelajaran 2011-2012. Temuan metode ini, agar permasalahan dalam pembelajaran menulis puisi akan memberikan manfaat yang besar bagi guru dan siswa.
Sesuai dengan permasalahan yang telah dipaparkan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) untuk menjelaskan peningkatan proses kemampuan menulis puisi dengan menggunakan metode karya wisata dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung, (2) untuk menjelaskan peningkatan hasil kemampuan menulis puisi dengan menggunakan metode karya wisata siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim kecamatan Balung kabupaten Jember.
Salah satu cara yang digunakan untuk memudahkan siswa dalam menulis puisi adalah menggunakan metode pembelajaran yang dapat menarik minat, memperbaiki proses, dan hasil belajar. Metode  yang digunakan di sini adalah metode karya wisata.  Karya wisata, menurut  Djamarah dan Zain (2002:105) yaitu cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik, tempat wisata, toko serba ada, dan sebagainya. Sedangkan menurut Wijaya dan Rusyan (1991: 76) merupakan pesiar atau ekskursi oleh para siswa untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah.
Menulis puisi adalah kegiatan mewujudkan ide, pikiran, dan perasaan dalam bahasa yang singkat, padat, dan multi makna. Keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa ada empat, yaitu mendengar, membaca, berbicara, dan menulis. Dengan menulis seseorang dapat mengekspresikan ide-ide atau gagasannya melalui bahasa tulis. Roekhan (1991:32) mengatakan bahwa kreativitas dan kemampuan menulis seperti tanaman. Dengan air dan pupuk yang sedikit ia pun akan tetap akan tumbuh, walaupun tidak sempurna. Jika pupuk dan air diberikan secara memadahi ia pun akan tumbuh dengan sempurna. Guru perlu membangkitkannya dengan sedikit kreativitas dari guru agar kemampuan siswa dapat berkembang, khususnya dalam menulis puisi meskipun tidak maksimal.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk menjelaskan peningkatan proses kemampuan menulis puisi dengan menggunakan metode karya wisata dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung, (2) untuk menjelaskan peningkatan hasil kemampuan menulis puisi dengan menggunakan metode karya wisata siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim kecamatan Balung kabupaten Jember.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Arikunto, dkk (2008:3) mengartikan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Pengertian penelitian kualitatif juga disampaikan oleh Moleong (2004:6) yaitu penelitian yang bertujuan untuk memahami gejala-gejala tentang apa yang sebenarnya dilami oleh subjek penelitian. Misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll, secara menyeluruh dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Kehadiran dan peran peneliti di lapangan adalah guru Bahasa Indonesia di MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember,  tetapi bukan guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung. Lokasi Penelitian yakni di kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim, Jl. Puger No. 20  Balung-Jember, dan  dijadikan subjek penelitian, karena penerapan pembelajaran menulis puisi di sekolah ini masih menunjukkan hasil yang rendah dan perlu ditingkatkan. Sedangkan subjek penelitian ini adalah siswa yang tengah beraktivitas menulis puisi yang dilaksanakan di MTs. Wahid Hasyim  Jl. Puger No. 20 Balung Jember, khususnya siswa kelas VII-A MTs Wahid Hasyim. Berdasarkan hasil studi wawancara dengan guru bahasa Indonesia bahwa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim tingkat menulis kreatif pada menulis puisi masih sangat rendah. Guru tersebut mengatakan bahwa siswa merasakan kesulitan dalam menulis kreatif sehingga siswa kurang responsif terhadap pembelajaran bahasa Indonesia dengan materi pembelajaran menulis puisi. Oleh karena itu, siswa kelas VII-A MTs Wahid Hasyim perlu adanya bimbingan menulis puisi terutama dalam pengamatan objek, pemilihan kata (diksi), majas, penggunaan rima, dan kesesuaian tema dalam puisi.
Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik berupa fakta maupun angka (Arikunto, 2006:118). Berdasarkan pengertian di atas, data penelitian ini berupa tindakan pembelajaran, baik berupa data proses dan hasil. Data dalam penelitian tindakan ini adalah data proses dan data hasil tindakan pembelajaran. Data proses berupa data verbal dan tingkah laku subjek yang diteliti yang bersumber dari kegiatan belajar mengajar menulis puisi dengan menggunakan metode karya wisata. Data hasil berupa data tertulis (karya siswa) yang bersumber dari hasil menulis puisi dengan metode karya wisata. Data hasil berupa tulisan puisi siswa yang diperoleh dari penugasan, sedangkan data proses diperoleh dari lembar observasi berupa catatan lapangan, angket, dan wawancara. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menelaah semua data yang diperoleh, baik berupa data hasil dan data proses.

PAPARAN DATA PROSES DAN HASIL TINDAKAN
Sebelum melaksanakan tindakan, peneliti melaksanakan kegiatan observasi dan studi pendahuluan. Observasi bertujuan guna mengetahui kondisi awal dalam kegiatan pembelajaran menulis puisi. Pada saat melaksanakan observasi, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa siswa dan kepada guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember. Kegiatan studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis puisi. Kegiatan studi pendahuluan ini meminta kepada siswa untuk menulis puisi tentang keindahan alam.
Pada studi pendahuluan, kegiatan yang dilakukan oleh peneliti yakni dapat mengetahui  kemampuan menulis puisi siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung dalam pembelajaran menulis kratif puisi. Kegiatan studi pendahuluan dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 14 Januari 2012, pada kegiatan tersebut ditemukan dari 20 siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember, 14 siswa yang tergolong dalam kelompok rendah dan 6 siswa yang tergolong dalam kelompok tinggi, karena kelompok rendah memiliki rentangan nilai >75. Kreteria ini berdasarkan Standar Kelulusan Minimal kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung yakni 75.
Berdasarkan penilaian hasil menulis puisi siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember di atas dapat diketahui bahwa siswa yang mencapai ketuntasan belajar sejumlah 6 siswa (30%), sedangkan 14 siswa (70%) lainnya masih belum mencapai Standar Kelulusan Minimal yakni 75. Kemudian, 14 siswa yang masih belum mencapai SKM ini diberi tindakan yang berupa menulis puisi dengan metode karya wisata agar  kemampuan menulis puisi dapat meningkat.
Siklus I dilakukan setelah kegiatan studi pendahuluan dianalisis dan direfleksi. Kegiatan siklus I ini bertujuan untuk meningkatkan menulis puisi dengan metode karya wisata siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung. Adapun tujuan dalam pembelajaran menulis puisi dengan metode karya wisata adalah (1) siswa dapat mengamati objek wisata, (2) siswa dapat menemukan ide/gagasan berdasarkan struktur fisik dan struktur batin puisi, (3) siswa dapat menulis puisi tentang keindahan alam, dan (4) siswa dapat menyunting dan merevisi hasil puisi menjadi puisi yang baik dengan memerhatikan struktur fisik dan struktur batin puisi. Sedangakan penilaian yang digunakan pada peningkatan proses kemampuan menulis puisi keindahan alam adalah sebagai berikut: (1) keaktifan siswa dalam bertanya, (2) keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan, (3) keseriusan siswa dalam mengikuti pelajaran, (4) partisipasi siswa dalam kegiatan menulis puisi, dan (5) perilaku siswa di dalam dan di luar kelas.
Penilaian kegiatan peningkatan proses kemampuan menulis puisi siklus I ini diketahui bahwa sebagian kecil yang memiliki nilai sangat baik (20%). Pada penilaian sangat baik ini siswa selalu aktif bertanya dan menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh guru. Siswa serius dan berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran menulis puisi, dan berprilaku baik di dalam maupun di luar kelas. Urutan kedua, siswa yang memiliki nilai baik (15%). Pada penilaian baik ini, siswa bertanya dan menjawab semua pertanyaan yang di diberikan oleh guru. Siswa serius selalu berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran menulis puisi, dan berprilaku baik di dalam kelas. Selanjutnya, siswa yang memiliki nilai cukup (20%). Pada penilaian ini, siswa cukup aktif dalam bertanya dan jarang sekali menjawab pertanyaan yang di berikan oleh guru. Siswa ini kurang serius, siswa tersebut cukup berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, dan perilaku siswa ini cukup baik. Sedangkan, siswa yang memiliki nilai kurang (45%). Pada penilaian ini, siswa tidak aktif dalam bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Siswa kurang seirus dalam pembelajaran, dan berprilaku cukup baik di dalam kelas.
Peningkatan hasil kemampuan menulis puisi dengan metode karya wisata meliputi hasil peningkatan pada tahap menentukan pengamatan objek, menulis imajinasi berbentuk butir-butir, dan menentukan judul. Aspek penulisan siswa pada menulis puisi  mencakup pengamatan objek, diksi, citraan, rima, majas, dan kesesuian tema dengan isi.
Berdasarkan analisis hasil menulis puisi siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember pada kegiatan studi pendahuluan dan siklus I, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis puisi pada siklus I mengalami peningkatan. Pada kegiatan studi pendahuluan, siswa yang belum mencapai SKM >75 dari kompetensi menulis puisi sebanyak 14 siswa (70%), jumlah siswa yang mencapai SKM <75 sebanyak 6 siswa (30%), dan nilai keseluruhan masih belum mencapai SKM yakni nilai rata-rata kelas 64,38. Sedangkan pada siklus I bahwa siswa yang mencapai SKM > 75 berjumlah 7 siswa (35%), jumlah siswa yang mencapai skor < 75 sebanyak 13 siswa (65%), dan nilai keseluruhan masih belum mencapai SKM yakni nilai rata-rata kelas 68,09. Oleh sebab itu, siswa diberi tindakan dengan menulis puisi menggunakan metode karya wisata. Pada dasarnya metode tersebut berhasil meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi. Dengan demikian, metode karya wisata berhasil mengurangi jumlah siswa yang masuk dalam kategori kurang atau di bawah SKM yakni menjadi 13 siswa.
Siklus II dilaksanakan setelah kegiatan siklus I dianalisis dan direfleksi. Siklus II bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa dengan metode karya wisata dan memperbaiki hasil tindakan pada siklus I. Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan dalam pada hari Sabtu tanggal 03 Maret 2012 yang dilaksanakan di Taman Wisata Botani Sukorambi Jember.
Penilaian kegiatan peningkatan proses kemampuan menulis puisi siklus II ini diketahui bahwa sebagian besar yang memiliki nilai sangat baik (70%). Pada penilaian sangat baik ini siswa selalu aktif bertanya dan menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh guru. Siswa serius dan berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran menulis puisi, dan berprilaku baik di dalam maupun di luar kelas. Urutan kedua, siswa yang memiliki nilai baik (15%). Pada penilaian baik ini, siswa bertanya dan menjawab semua pertanyaan yang di diberikan oleh guru. Siswa serius selalu berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran menulis puisi, dan berprilaku baik di dalam kelas. Selanjutnya, siswa yang memiliki nilai cukup (15%). Pada penilaian ini, siswa cukup aktif dalam bertanya dan jarang sekali menjawab pertanyaan yang di berikan oleh guru. Siswa ini kurang serius, siswa tersebut cukup berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, dan perilaku siswa ini cukup baik. Sedangkan, siswa yang memiliki nilai kurang (0%).
Berdasarkan analisis hasil menulis puisi siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember pada siklus I dan siklus II, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis puisi ini mengalami peningkatan. Pada tindakan siklus I, siswa yang belum mencapai SKM pada kompetensi menulis puisi adalah 13 siswa. Oleh sebab itu, siswa kembali diberi tindakan dengan menulis puisi dengan metode karya wisata yang dilaksanakan di Taman Wisata Botani Sukorambi Jember pada tindakan siklus II, pada akhirnya terbukti berhasil meningkatkan kemampuan pada seluruh siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung Jember dalam menulis puisi.




PEMBAHASAN
Peningkatan Proses Kemampuan Menulis Puisi pada Siklus I
Peningkatan Proses kemampuan menulis puisi dengan metode karya wisata  dilakukan melalui penilaian proses pembelajaran dari aspek kognitif, psikomotor, dan afektif.  Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa (2005:75) bahwa penilaian proses bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan partisipasi siswa. Alasan yang mendukung penilaian ini menurut Sudjana (2005:3) penilaian proses pembelajaran adalah upaya memberi nilai terhadapkegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran, sedangkan penilaian hasil belajar pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi.
Penilaian proses pada tahap pratulis dan tahap menulis dalam siklus I ini diketahui bahwa sebagian kecil yang memiliki nilai sangat baik (20%). Pada penilaian sangat baik ini siswa selalu aktif bertanya dan menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh guru. Siswa serius, selalu berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran menulis puisi, dan berprilaku baik di dalam kelas. Urutan kedua, siswa yang memiliki nilai baik (15%). Pada penilaian baik ini, siswa bertanya dan menjawab semua pertanyaan yang di diberikan oleh guru. Siswa serius selalu berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran menulis puisi, dan berprilaku baik di dalam kelas. Selanjutnya, siswa yang memiliki nilai cukup (20%). Pada penilaian ini, siswa cukup aktif dalam bertanya dan jarang sekali menjawab pertanyaan yang di berikan oleh guru. Siswa ini kurang serius, siswa tersebut cukup berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, dan perilaku siswa ini cukup baik. Sedangkan, siswa yang memiliki nilai kurang (45%). Pada penilaian ini, siswa tidak aktif dalam bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Siswa kurang seirus dalam pembelajaran, dan berprilaku cukup baik di dalam kelas.
Dengan demikian penilaian pada tahap proses menulis puisi pada siklus I, sebagian besar siswa yang mencapai nilai >75 berjumlah 13 siswa (65%), sedangkan jumlah siswa yang mencapai <75 sebanyak 7 siswa (35%). Penilaian ini sesuai dengan standar kelulusan maksimal (SKM). Dapat  disimpulkan bahwa proses pembelajaran siklus I pada tahap menulis puisi keindahan alam telah berhasil. Namun, masih tetap dilakukan pada siklus II.

Peningkatan Proses Kemampuan Menulis Puisi pada Siklus II
Agar siswa dapat menciptakan karya sastra dengan baik, dalam hal ini penciptaan puisi, perlu suasana dan lingkungan yang mendukung serta dapat memberi inspirasi kepada mereka. Untuk keperluan tersebut, guru memodifikasi lingkungan belajar dengan cara mengajak siswa belajar di luar kelas atau berkaryawisata ke suatu tempat yang ada di lingkungan sekolah yang memungkinkan siswa terinspirasi untuk menulis kreatif puisi.  Menurut Howard dan Weinbrenner mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran, guru bisa melakukan modifikasi terhadap lima unsur kegiatan mengajar, yaitu materi pelajaran, proses, produk, lingkungan, dan evaluasi (dalam Sayuti, 1985: 37). Sementara itu, Sudjana (2005: 87) menyatakan bahwa karyawisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri yang berbeda dengan karyawisata dalam arti umum. Karyawisata di sini berarti kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar.
Penilaian proses pada tahap menulis puisi keindahan alam dalam siklus II ini dilakukan di sebuah tempat wisata yakni Taman Wisata Botani, diketahui bahwa sebagian besar yang memiliki nilai sangat baik (70%). Pada penilaian sangat baik ini siswa selalu aktif bertanya dan menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh guru. Siswa serius, selalu berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran menulis puisi, dan berprilaku baik di tempat Wisata Taman Botani. Urutan kedua, siswa yang memiliki nilai baik (15%). Pada penilaian baik ini, siswa bertanya dan menjawab semua pertanyaan yang di diberikan oleh guru. Siswa serius selalu berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran menulis puisi, dan berprilaku baik di tempat Wisata Taman Botani. Selanjutnya, siswa yang memiliki nilai cukup (15%). Pada penilaian ini, siswa cukup aktif dalam bertanya dan jarang sekali menjawab pertanyaan yang di berikan oleh guru. Siswa ini kurang serius, siswa tersebut cukup berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, dan perilaku siswa ini cukup baik selama di tempat Wisata Taman Botani.
Berdasarkan hasil kuantitatif dan kualitatif  atas proses kemampuan menulis puisi pada siklus II sudah  beberapa siswa yang mencapai nilai >75 berjumlah 20 siswa (100%), dan tidak ada siswa yang mendapatkan skor < 75. Pada tahap pratulis dan menulis ini telah mengalami kenaikan sebanyak 45% dari siklus I. Sesuai dengan standar kelulusan maksimal (SKM).
Berdasarkan perbandingan antara sikulus I dan siklus II bahwa diketahui menggunakan metode karya wisata terjadi peningkatan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember. Dengan demikian proses kemampuan menulis puisi pada tindakan siklus II lebih baik dari pada proses kemampuan menulis puisi pada tindakan siklus I.

Peningkatan Hasil Kemampuan Menulis Puisi dengan Metode Karya
Wisata pada Siklus I dan Siklus II.
Menurut Mulyasa (2005:176) Penilaian hasil bertujuan untuk mengetahui hasil belajar atau pembentukan peserta didik . Penilaian hasil menulis puisi keindahan alam dengan metode karya wisata ini secara keseluruhan diperoleh dari kegiatan analisis aspek pengetahuan.
Pembahasan peningkatan hasil kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VII-A MTs Wahid Hasyim Balung-Jember dengan metode karya wisata meliputi : (1) pengamatan objek, (2) diksi (kata konkret dan kata khusus mengenai keindahan alam), (3) gaya bahasa/majas, (4) citraan/pengimajian, (5) rima, dan (6) tema.

Peningkatan Hasil Kemampuan Pengamatan Objek
Objek yang terdapat dalam puisi karya siswa pada siklus I dan siklus II sudah sesuai dengan temanya yakni keindahan alam. Tema adalah dasar dalam menciptakan sebuah karya sastra. Berawal dari sebuah ide dasar itulah seorang pengarang dapat mengembangkan masalahnya. Waluyo  (1995:87) menjelaskan bahwa tema adalah gagasan pokok yang ingin disampaikan oleh pengarang atau yang terdapat dalam puisi.
Pada tindakan siklus I, topik puisi siswa bervareasi ada yang menggambarkan keindahan Sawah, Taman  dll, yang dilakukan dengan media alam sekitar sekolah, sedangkan pada siklus II topik yang ditulis oleh siswa juga bervareasi yang sesuai dengan media yang digunakan yakni Taman Wisata Botani Sukorambi Jember.
Berdasarkan hasil kuantitatif dan kualitatif  atas pengamatan objek pada puisi siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember pada siklus I diketahui bahwa rata-rata kemampuan menulis puisi dengan metode karya wisata masih berada pada rentangan nilai 25,5 (baik). Untuk skor maksimal pada  aspek menentukan topik adalah 4 dan skor minimal 2. Adapun kemampuan siswa tersebut terbagi atas 4 siswa (20%) masuk dalam kategori baik, 4 siswa (20%) masuk dalam kategori cukup, dan 12  siswa (60%) masuk dalam kategori kurang.
Berdasarkan hasil kuantitatif dan kualitatif atas pengamatan objek pada puisi siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember pada siklus II diketahui bahwa rata-rata kemampuan menulis puisi dengan metode karya wisata masih berada pada rentangan nilai 30,0 (sangat baik). Untuk skor maksimal pada  aspek menentukan topik adalah 4 dan skor minimal 3. Adapun kemampuan siswa tersebut terbagi atas 8 siswa (40%) masuk dalam kategori sangat baik, 6 siswa (30%) masuk dalam kategori baik, dan 6 siswa (30%)  masuk dalam kategori cukup.

Peningkatan Hasil Kemampuan Penggunaan Diksi
Dalam penilaian hasil analisis data pada hasil penelitian,  dapat diketahui  bahwa diksi atau pilihan kata dalam puisi karya siswa memiliki nilai tinggi dan nilai sedang adalah diksi yang bermakna konotasi (memberikan sugesti pada pembaca) dan diksi  yang bermakna denotasi (bahasa setiap hari). Pada dasarnya, diksi atau pilihan kata mempunyai peranan penting dan utama untuk mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya sastra (Jabrohim, 2001:35). Pendapat tersebut telah didukung oleh Sayuti (1985:143) yang mengatakan bahwa peranan diksi dalam puisi sangat penting karena kata-kata adalah segala-galannya dalam puisi.
Berdasarkan hasil kualitatif dan kuantitaif pada kemampuan penggunakan diksi pada puisi siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember pada siklus I diketahui bahwa rata-rata kemampuan menulis puisi dengan metode karya wisata masih berada pada rentangan nilai 26,5 (baik). Untuk skor maksimal pada  aspek penggunaan diksi adalah 4 dan skor minimal 2.  Adapun kemampuan siswa tersebut terbagi atas 3 siswa (15%) masuk dalam kategori baik, 4 siswa (20%) masuk dalam kategori cukup, dan 13  siswa (65%) masuk dalam kategori kurang.
Berdasarkan hasil kuantitatif dan kualitatif atas pengembangan topik pada puisi siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember pada siklus II diketahui bahwa rata-rata kemampuan menulis puisi dengan metode karya wisata masih berada pada rentangan nilai 29,0 (sangat baik). Untuk skor maksimal pada  aspek penggunaan diksi adalah 4 dan skor minimal 3. Adapun kemampuan siswa tersebut terbagi atas 8 siswa (40%) masuk dalam kategori sangat baik, 6 siswa (30%) masuk dalam kategori baik, dan 6 siswa (30%)  masuk dalam kategori cukup.

Peningkatan Hasil Kemampuan Penggunaan Citraan
Adapun hubungan antara diksi dan citraan sangat erat. Karena diksi yang dipilih harus menghasilkan citraan, maka dalam puisi kata-kata akan menjadi konkret seperti dihayati melalui penglihatan, peraba, pendengaran, dan perasa. Citraan/pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran dan perasaan (Waluyo, 1995:78). Dari pendapat tersebut, maka diksi dan citraan/pengimajian  secara kesinambungan mempunyai peran yang sangat penting dalam puisi. Dari hasil puisi siswa yang telah dianalisis dapat diketahui bahwa siswa lebih banyak menggunakan citraan pengelihatan dan citraan pendengaran dari pada citraan perasa.
Berdasarkan hasil kualitatif dan kuantitaif pada kemampuan penggunaan citraan pada puisi siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember pada siklus I diketahui bahwa rata-rata kemampuan menulis puisi dengan metode karya wisata masih berada pada rentangan nilai 26,5 (cukup). Untuk skor maksimal pada  aspek penggunaan citraan adalah 4 dan skor minimal 2.  Adapun kemampuan siswa tersebut terbagi atas 1 siswa (5%) masuk dalam kategori baik, 8 siswa (40%) masuk dalam kategori cukup, dan 11  siswa (55%) masuk dalam kategori kurang.
Berdasarkan hasil kuantitatif dan kualitatif atas penggunaan citraan  pada puisi siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember pada siklus II diketahui bahwa rata-rata kemampuan menulis puisi dengan metode karya wisata sudah berada pada rentangan nilai 38,0 (sangat baik). Untuk skor maksimal pada  aspek penggunaan citraan adalah 4 dan skor minimal 3. Adapun kemampuan siswa tersebut terbagi atas 10 siswa (50%) masuk dalam kategori sangat baik, 4 siswa (20%) masuk dalam kategori baik, dan 6 siswa (30%)  masuk dalam kategori cukup.

Peningkatan Hasil Kemampuan Penggunaan Majas
Menurut Waluyo (1995:83) bahasa figuratif atau majas adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Majas yang terdapat dalam puisi siswa kelas VII-A MTs Wahid Hasyim Balung Jember pada tindakan siklus I lebih didominasi oleh majas perbandingan.
Berdasarkan hasil kualitatif dan kuantitaif pada kemampuan penggunaan majas pada puisi siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember pada siklus I diketahui bahwa rata-rata kemampuan menulis puisi dengan metode karya wisata masih berada pada rentangan nilai 28,0  (cukup). Untuk skor maksimal pada  aspek penggunaan citraan adalah 4 dan skor minimal 2.  Adapun kemampuan siswa tersebut terbagi atas 1 siswa (5%) masuk dalam kategori baik, 8 siswa (40%) masuk dalam kategori cukup, dan 11  siswa (55%) masuk dalam kategori kurang.
Berdasarkan hasil kuantitatif dan kualitatif atas penggunaan majas  pada puisi siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember pada siklus II diketahui bahwa rata-rata kemampuan menulis puisi dengan metode karya wisata sudah berada pada rentangan nilai 32,5 (baik). Untuk skor maksimal pada  aspek penggunaan diksi adalah 4 dan skor minimal 3. Adapun kemampuan siswa tersebut terbagi atas 5 siswa (25%) masuk dalam kategori sangat baik, 9 siswa (45%) masuk dalam kategori baik, dan 6 siswa (30%)  masuk dalam kategori cukup.


Peningkatan Hasil Kemampuan Penggunaan Rima
Penggunaan rima dalam puisi siswa lebih sering menggunakan pada bentuk intern pola bunyi. Menurut Boulton (dalam Waluyo, 1995:92) yang dimaksud dengan bentuk intren pola bunyi adalah pengulangan bunyi konsonan (aliterasi), pengulangan bunyi vokal (asonansi), persamaan akhir, dan repetisi bunyi (kata).
Berdasarkan hasil kualitatif dan kuantitaif pada kemampuan penggunaan rima pada puisi siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember pada siklus I diketahui bahwa rata-rata kemampuan menulis puisi dengan metode karya wisata masih berada pada rentangan nilai 27,0  (cukup). Untuk skor maksimal pada  aspek penggunaan rima adalah 4 dan skor minimal 2.  Adapun kemampuan siswa tersebut terbagi atas 12 siswa (60%) masuk dalam kategori cukup, dan 8  siswa (40%) masuk dalam kategori kurang.
Berdasarkan hasil kuantitatif dan kualitatif atas penggunaan rima pada puisi siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember pada siklus II diketahui bahwa rata-rata kemampuan menulis puisi dengan metode karya wisata sudah berada pada rentangan nilai 31,0 (baik). Untuk skor maksimal pada  aspek penggunaan rima adalah 4 dan skor minimal 3. Adapun kemampuan siswa tersebut terbagi atas 5 siswa (25%) masuk dalam kategori sangat baik, 9 siswa (45%) masuk dalam kategori baik, dan 6 siswa (30%)  masuk dalam kategori cukup.

Peningkatan Hasil Kemampuan Mengembangkan Tema
Tema yang terdapat dalam puisi karya siswa pada siklus I maupun siklus II cenderung mengikuti perintah dari guru. Pada tindakan siklus I dan siklus II tema yang digunakan sama-sama keindahan alam. Tema adalah ide dasar dalam menciptakan karya sastra. Berawal dari ide dasar itulah seorang dapat mengembangkan masalahnya. Pradopo (2001:124) menjelaskan bahwa tema adalah gagasan pokok yang ingin disampaikan oleh pengarang atau yang terdapat dalam puisi. Pernyataan tersebut juga didukung oleh Waluyo (1995: 106-107) menjelaskan bahwa tema merupakan gagasan pokok atau subject matter yang di kemukakan oleh penyair.
Berdasarkan hasil analisis kuantitatif dan kualitatif atas kemampuan mengembangkan tema puisi siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember pada siklus II diketahui bahwa rata-rata kemampuan menulis puisi dengan metode karya wisata berada dalam kategori baik.
Berdasarkan perbandingan antara hasil siklus I dan siklus II diketahui, bahwa dengan metode karya wisata pada tindakan siklus II mengalami peningkatan dalam menulis puisi dengan metode karya wisata siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung-Jember pada aspek tema. Dengan demikian, hasil kemampuan mengamati objek, pemilihan kata (diksi), penggunaan citraan, penggunaan majas, penggunaan rima, dan kesesuaian tema pada tindakan siklus II lebih baik daripada hasil kemampuan tindakan siklus I.

PENUTUP
Kesimpulan
Setelah dilaksanakannya pembelajaran menulis puisi dengan metode karya wisata pada siswa kelas VII-A MTs Wahid Hasyim Balung-Jember, peneliti dapat menyimpulkan bahwa metode karya wisata dapat meningkatkan kemampuan menulis kreatif puisi.
Berdasarkan  analisis hasil  kegiatan studi pendahuluan, siswa yang belum mencapai SKM dari kompetensi menulis puisi sebanyak 14 siswa, jumlah siswa yang mencapai SKM sebanyak 6 siswa, dan nilai keseluruhan masih belum mencapai SKM yakni nilai rata-rata kelas 64,38, sedangkan pada siklus I bahwa siswa yang mencapai SKM berjumlah  siswa , jumlah siswa yang mencapai skor  sebanyak 13 siswa , dan nilai keseluruhan masih belum mencapai SKM yakni nilai rata-rata kelas 68,09. Oleh sebab itu, siswa diberi tindakan dengan menulis puisi menggunakan metode karya wisata. Pada dasarnya metode tersebut berhasil meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi. Dengan demikian, metode karya wisata berhasil mengurangi jumlah siswa yang masuk dalam kategori kurang atau di bawah SKM yakni menjadi 13 siswa.
Berdasarkan analisis evaluasi hasil dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan menulis puisi siswa dan untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Evaluasi hasil dapat dilihat dari hasil perbandingan nilai ketercapaian siswa dalam menulis puisi antara tindakan siklus I dan tindakan siklus II. Dalam kegiatan siklus I, terdapat 13 siswa yang belum mencapai SKM. Oleh karena itu, tindakan perbaikan pada siklus II perlu dilakukan dan tindakan siklus II berhasil meningkatkan kemampuan menulis puisi dengan metode karya wisata pada seluruh siswa kelas VII-A MTs. Wahid Hasyim Balung Jember.

Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan diatas, dapat dikemukakan beberapa saran yang ditujukan kepada guru bahasa Indonesia, kepala sekolah dan peneliti lanjut, uraiannya sebagai berikut: (1) guru Bahasa Indonesia disarankan untuk (a) dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai alternatif dalam pembelajaran menulus kreatif sastra yang lain. Seperti puisi lama, puisi baru, dan prosa fiksi, (b) dapat memanfaatkan alam sebagai cara dalam menulis kreatif pada siswa, dan (c) dapat memanfaatkan Lembar Kerja Siswa yang memuat langkah-langkah metode karya wisata, (2) kepala sekolah hendaknya dapat menyosialisasikan hasil penelitian ini kepada guru, terutama pada guru bahasa Indonesia agar senantiasa menggunakan metode pembelajaran dalam mengelola pembelajaran di sekolah. Hal ini dimaksud sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil kegiatan yang dilaksanakan di dalam kelas, dan (3) pada peneliti berikutnya yang melakukan penelitian sejenis dengan PTK ini, diharapkan dapat menggunakan dan mengembangkan model (ahli) sebagai dasar dalam melakukan penelitian lain dengan cara yang lebih kreatif atau dapat mengembangkan keterampilan berbahasa yang lainnya.


DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Djamarah, Syaiful Bahri, dan Zain, Anwar. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Jabrohim, Chairul A. & Suminti A. Sayuti. 2001. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Edisi Revisi Jakarta: PT Gramedia.
Mulyasa, E. 2005. Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nursisto, 1999. Kiat Menggali Kreatifitas. Jakarta: Mitra Guna Widya
Pradopo, Rachmat Djoko. 2001. Pengkajian puisi (cetakan kedelapan), Yogyakarta: gadjah Mada University Press.
Sayuti, Suminto A. 1985. Puisi dan Pengajarannya. Semarang. IKIP Semarang Press.
Sudjana, Nana. 2005. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan Penelitian. Edisi kelima. Malang: Biro Administrasi Akademik Perencanaan dan Sistem Informasi bekerjasama dengan Penerbit Universitas Negeri Malang.
Roekhan. 1991. Menulis Kreatif: Dasar-dasar dan Petunjun Penerapannya. Malang Y A 3.
Waluyo. Herman J. 1995. Teori dan Apresiasi PUISI. Jakarta: Erlangga.
Wijaya, C & Rusyan, A.T. 1991. Kemampuan Dasar dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar